Mengenang R.A. Kartini lewat 10 Ungkapan Isi Surat-surat R.A. Kartini


R.A. Kartini

Raden Ajeng  (RA) Kartini, tentu tidak asing lagi di telinga kita, terutama bagi kaum wanita. Setiap tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini untuk mengenang jasa-jasa RA Kartini. Tanggal 21 April yamg merupakan tanggal lahir RA Kartini dijadikan tonggak simbol kebangkitan kaum wanita dalam memperjuangkan emansipasinya. Sosok RA Kartini ide-idenya dianggap telah mencerahkan, menginspirasikan bagaimana seharusnya kaum wanita berjuang dalam mendapatkan hak-hak sosialnya.
RA Kartini terkenal dengan kumpulan-kumpulan surat yang ditujukan kepada sahabat penanya, yang kemudian disusun oleh Mr. JH Abendanon, Direktur Departemen Pendidikan, Agama dan Kerajinan Pemerintah Hindia-Belanda, menjadi sebuah buku berjudul “Door Duisternis tot Licht, Gedachten van RA Kartini”. Buku itu kemudian diterjemahkan oleh Armijn Pane dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Konon judul itu diambil karena judul itu yang paling sering dipakai RA Kartini dalam surat-suratnya.
Kumpulan surat tersebut tertulis dalam bahasa Belanda, mengingat sahabat dekat RA Kartini merupakan orang Belanda, seperti Mr JH Abendanon dan Nyonya Abendanon, Annie Glaser, Stella, Mr van Kol, dll. Judul buku kumpulan surat RA Kartini kepada beberapa sahabatnya ini memang sudah amat dikenal orang, semacam pengetahuan umum yang wajib diketahui dari anak SD hingga orang dewasa. Namun sayangnya, kepopuleran “Habis Gelap Terbitlah Terang” di negeri ini bukan berarti telah banyak orang yang benar-benar mengetahui isi surat-surat RA Kartini. Padahal Apa makna peringatan hari Kartini bisa dipahami semata-mata hanya dengan mengetahui buah-buah pikirannya dalam surat-surat tersebut.
Dalam buku “Seabad Kartini” terdapat sebuah karangan yang menyatakan bahwa Lady Roosevelt pun menyitir salah satu surat Kartini dalam salah satu pidatonya di hadapan Komisi Hak Asasi manusia yang dipimpinnya dalam rangka menelurkan Deklarasi Semesta Hak Asasi Manusia. Berikut bagian-bagian dalam surat Kartini yang tercecer dan menarik untuk diungkapkan.
1.     Surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899
“Bagi saya hanya ada dua macam keningratan, keningratan fikiran (fikroh) dan keningratan budi (akhlak). Tidak ada manusia yang lebih gila dan bodoh menurut persepsi saya dari pada melihat orang membanggakan asal keturunannya. Apakah berarti sudah beramal sholih orang yang bergelar macam Graaf atau Baron?... Tidaklah dapat dimengerti oleh pikiranku yang picik ini,…” 
      2.     Surat kartini kepada Nyonya Abendon, Agustus 1900
“Kita dapat menjadi manusia sepenuhnya, tanpa berhenti menjadi wanita sepenuhnya”.
3.         3.     Surat Kartini kepada Nyonya Abendon, 4 September 1901
“Pergilah, laksanakan cita-citamu. Bekerjalah untuk hari depan. Bekerjalah untuk kebahagiaan beribu-ribu orang yang tertindas. Dibawah hukum yang tidak adil dan paham-paham palsu tentang mana yang baik dan mana yang jahat. Pergi! Pergilah! Berjuang dan menderitalah, tetapi bekerja untuk kepentingan yang abadi”.
4.         4.     Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1901
“Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak wanita, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak wanita itu menjadi saingan laki-laki dalam hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam (sunatullah) sendiri ke dalam tangannya : menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama”.
5.        5.     Surat Kartini kepada Nyonya Abendon, 10 Juni 1902
“Kami sekali-kali tidak hendak menjadikan murid-murid kami menjadi orang setengah Eropa atau orang Jawa yang kebarat-baratan”.
6.        6.     Surat Kartini kepada Nyonya van Kol, 21 Juli 1902
“Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang agama Islam patut disukai”.
7.        7.     Surat kartini kepada Nyonya Abendanon, 12 Oktober 1902
“Dan saya menjawab, tidak ada Tuhan kecuali Allah. Kami mengatakan bahwa kami beriman kepada Allah dan kami tetap beriman kepada-Nya. Kami ingin mengabdi kepada Allah dan bukan kepada manusia. Jika sebaliknya tentulah kami sudah memuja orang dan bukan Allah”.
8.        8.     Surat Kartini kepada Nyonya Abendanon, 27 Oktober 1902
“Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa dibalik hal yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal-hal yang sama sekali tidak patut sebagai peradaban?”
9.        9.     Surat Kartini kepada Nyonya Abendanon, 25 Agustus 1903
“Ya Allah, alangkah malangnya; saya akan sampai disana pada waktu Puasa-Lebaran-Tahun n Baru, di saat-saat keramaian yang biasa terjadi setiap tahun sedang memuncak. Sudah saya katakana, saya tidak suka kaki saya dicium. Tidak pernah saya ijinkan orang berbuat demikian pada saya. Yang saya kehendaki kasih saying dalam hati sanubari mereka, bukan tata cara lahiriah!”
10.    10.     Surat Kartini kepada Nyonya Abendanon, 12 Desember 1903
“Tidak, ia tidak mempunyai ilmu, tidak mempunyai jimat, tidak juga senjata sakti. Kalaupun rumahnya tidak ikut terbakar itu dikarenakan dia mempunyai Allah saja”.


written by : Nabila A.H.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar